1. Planet Memungkinkan Memiliki Kehidupan
A. Bumi
Bumi adalah contoh planet yang pasti ada kehidupan. Bumi memiliki diameter sepanjang 12.756 kilometer. Gravitasi Bumi diukur sebagai 10 N kg-1 dijadikan unit ukuran gravitasi planet lain, dengan gravitasi Bumi dipatok sebagai 1. Bumi mempunyai 1 satelit alami yaitu Bulan. 70,8% permukaan Bumi diliputi air. Udara Bumi terdiri dari 78% nitrogen, 21% oksigen dan 1% uap air, karbondioksida dan gas lain.
B. Kepler22B
Planet ini ditemukan oleh NASA pada Desember 2011. Karena banyak kemiripan, banyak yang menyebut Kepler 22B adalah kembarannya Bumi.
Suhu di planet yang memiliki massa 2,4 kali lebih besar dari Bumi ini
pun ideal untuk kehidupan manusia, yakni 22 derajat celcius.
C. Gliese 581d
Satu syarat besar yang dimiliki planet ini adalah lingkungannya yang
hangat dan basah. Sehingga memungkinkan kehidupan bisa berlangsung.
D. HD 85512 B
Planet yang terletak 36 tahun cahaya dari bumi ini memiliki massa 3,6
kali massa bumi, itulah mengapa planet ini bisa menyimpan atmosfer.
Para peneliti pun yakin di sana bisa ditemukan H2O, CO2 dan N2 sehingga
manusia pun bisa tinggal disana.
E. Gliese 581 g atau Gl 581 g
September 2010 lalu, para ilmuwan menemukan satu lagi planet layak
huni di sistem planet Gliese. Planet bermassa tiga kali Bumi ini berada
di dalam Zona layak huni dan pastinya memiliki atmosfer.
F. GJ 1214b
Para ilmuwan menduga planet ini bisa dihuni karena kadar airnya yang
melimpah. Nyaris seluruh permukaan planet yang memiliki massa 6,5 kali
Bumi ini digenangi oleh air.
SWITCH/Mei-Juni 2012
Planet Mirip dengan Bumi, diperkirakan Bisa dihuni Manusia
2. Planet Berlian
Bintang
yang berkilauan bukanlah satu-satunya permata di angkasa. Ilmuwan
melaporkan Kamis lalu akan keberadaan "planet berlian" dengan ukuran dua
kali lebih besar dari Bumi dan delapan kali massa planet kita, berputar
di dekat sebuah bintang.
Bahkan
ini bukanlah planet berlian pertama yang ditemukan, namun planet ini
adalah yang pertama ditemukan mengorbit bintang menyerupai matahari dan
unsur kimiawinya bisa dirinci secara spesifik.
Dengan penemuan ini planet berbatu yang jauh tak lagi bisa diasumsikan memiliki unsur kimia, interior, atmosfer, serta biologi yang mirip dengan Bumi, menurut peneliti utama Nikku Madhusudhan, peneliti pasca-doktoral bidang fisika dan astronomi di Yale.
Planet berlian ini pertama diobservasi tahun lalu -- namun para peneliti pertama mengasumsikan bahwa unsur kimia planet ini mirip dengan Bumi.
Baru setelah analisis mendetail dari tim peneliti gabungan Amerika dan Prancis, mereka mendapati bahwa planet 55 Cancri e sangat berbeda dari Bumi.
Rupanya planet ini sebagian besar terdiri dari gabungan karbon (seperti grafit dan berlian), besi, karbid silikon, dan mungkin silikat. Begitu ditulis para peneliti dalam laporan yang dimuat di jurnal AS, Astrophysical Journal Letters.
"Permukaan planet ini sepertinya ditutupi oleh grafit dan berlian dan bukan air serta granit," kata Madhusudhan.
Bahkan planet ini sepertinya sama sekali tak punya air. Dan sekitar sepertiga dari massa planet bisa terbuat dari berlian, sejenis karbon yang sangat padat.
Jika dibandingkan, interior Bumi kaya dengan oksigen dan sangat sedikit karbon, menurut salah satu peneliti Kanani Lee dari Yale.Para peneliti memperkirakan radius planet saat berada di depan bintangnya. Informasi ini, digabung dengan perkiraan massanya, digunakan untuk menentukan model komposisi planet. Berdasarkan perhitungan, mereka kemudian menentukan apa saja elemen yang bisa menghasilkan ukuran dan massa yang spesifik seperti planet tersebut.
Planet tersebut mengorbit bintangnya sangat cepat -- satu tahun di Bumi berlalu hanya 18 jam di planet tersebut. Dan karena terletak sangat dekat dengan bintangnya, suhu di permukaan rata-rata 3900 derajat Fahrenheit (2148 derajat Celsius), sangat tidak memungkinkan adanya kehidupan.
Planet yang hanya 40 tahun cahaya dari Bumi dan terletak di konstelasi Cancer ini membuka kemungkinan baru dalam mempelajari proses geokimia dan geofisika pada planet-planet seukuran Bumi lain dalam sistem tata surya kita.
Kadar karbon yang tinggi kemungkinan berdampak pada pembentukan gunung api, gempa bumi, dan pegunungan, serta menambah bukti bahwa planet-planet semakin beragam dan banyak dari yang awalnya diperkirakan.
"Bintang-bintang itu cukup sederhana, dengan melihat massa dan usia bintang, Anda bisa tahu struktur dasar serta sejarahnya," kata David Spergel, seorang astronom dari Princeton University.
3. Pelanet Yang Mengorbit Dua Bintang
Pakar astronomi dari berbagai perkumpulan, universitas, dan lembaga astronomi, mengumumkan penemuan baru berupa sistem transit circumbinary multi-planet pertama. Di mana dua planet mengorbit pada sepasang bintang.
Penemuan ini menunjukkan sistem planet bisa terbentuk dan bertahan meski dalam lingkungan yang paling membingungkan. "Tiap planet transit melewati bintang utamanya, memberi bukti yang jelas jika planet-planet ini adalah nyata," kata Jerome Orosz, Associate Professor of Astronomy dari San Diego State University.
Pengumuman penemuan sistem planet yang disebut "Kepler-47" ini dilakukan saat pertemuan International Astronomical Union di Beijing, China. Berlangsung sejak 20 Agustus lalu dan berakhir hari ini, Jumat (31/8).
Kepler-47 terdiri dari sepasang bintang yang mengelilingi satu sama lain setiap sekitar 7,5 hari. Satu bintang mirip dengan Matahari di tata surya kita. Satu bintang lainnya lebih kecil, hanya sepertiga ukuran bintang pertama, dan 175 kali lebih redup.
Ukuran dua planet anggotanya cukup beragam. Planet bagian dalam hanya tiga kali lebih besar dari diameter Bumi. Dia mengorbit setiap 49 hari. Sedangkan planet bagian luar hanya sedikit lebih besar dari Uranus dan mengorbit tiap 303 hari.
Sayangnya sistem planet ini terletak cukup jauh, sekitar 5.000 tahun cahaya di konstalasi Cygnus. Kedua planet anggotanya terlalu jauh untuk diamati. Karena itu mereka baru bisa terlihat ketika menghasilkan sedikit cahaya saat "mengunjungi" bintang induknya.
Semua penemuan dan perhitungan ini bisa terjadi berkat data photometric dari teleskop luar angkasa NASA, Kepler. "Kepler-47 menunjukkan pada kita arsitektur tipikal dengan anggota beberapa planet bisa terbentuk dengan dua bintang," kata Joshua Carter dari Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics.
Penemuan ini diterbitkan dalam jurnal Science. Di mana Orosz dan Carter turut berperan dalam penulisannya.
4. Pelanet Tanpa Bintang
Ilmuwan menemukan sebuah planet yang tak mengorbit pada bintang. Lonely planet yang disebut CFBDSIR2149 ini ditemukan mengambang di jagat raya, tanpa melakukan evolusi atau kegiatan mengelilingi bintang seperti dilakukan bumi atas matahari.
Ini adalah planet pertama yang terisolasi dari jenisnya yang pernah ditemukan oleh para ilmuwan, setelah lebih dari satu dekade mencari, dalam proses digambarkan sebagai "mencari jarum tunggal dalam ribuan tumpukan jerami." Sampai tujuh kali ukuran Jupiter, planet itu mengambang bebas tanpa ikatan gravitasi dan memenuhi kriteria tertentu massa, temperatur dan usia yang akan ditunjuk sebagai "planet". Usia antara 50 dan 120 juta tahun, memiliki suhu sekitar 400 derajat Celcius dan diyakini menjadi bagian dari sekelompok sekitar 30 bintang yang sangat muda yang dikenal sebagai Kelompok Doradus AB Pindah.
Planet itu sendiri ditemukan oleh para peneliti di University of Montreal, yang berkonsultasi dengan rekan-rekan Prancis dan data dari Kanada-France-Hawaii Telescope dan Teleskop Observatorium Selatan Eropa Sangat Besar. Meskipun para ilmuwan telah mengetahui jenis planet "tunawisma" ada, mereka belum mampu mengamatinya sampai sekarang. Hal ini diyakini planet terpencil bisa saja terpental dari badan-badan lain selama pembentukannya.
Penemuan ini diharapkan membuat para astronom mendapat pemahaman yang lebih besar. Keberadaannya sangat mendukung teori bahwa jenis objek "tunawisma" lebih umum dalam ruang daripada saat berpikir. "Meskipun teori telah membentuk keberadaan jenis planet yang sangat dingin dan muda, namun belum pernah diamati sampai saat ini," kata Étienne Artigau, astrofisikawan.
"Objek ini ditemukan selama scanning yang setara dengan 1.000 kali permukaan bulan purnama. Kami mengamati ratusan juta bintang dan planet-planet, tetapi kami hanya menemukan satu planet tunawisma di lingkungan kami. Sekarang kami akan mencari mereka di sumber astronomi yang lebih jauh. Ini seperti mencari satu jarum dalam ribuan tumpukan jerami."
Tim astronom akhirnya mampu mempelajarinya karena kedekatannya komparatif, dan tidak adanya bintang terang yang sangat dekat dengan itu. "Mencari planet di sekitar bintang mereka mirip dengan mempelajari kunang-kunang duduk satu sentimeter dari lampu mobil yang terang," kata Philippe Delorme, penulis utama dari Institut de planetologie et d'Astrophysique de Grenoble, Perancis. "Objek yang mengambang bebas ini menawarkan kesempatan untuk mempelajari secara rinci kunang-kunang tanpa lampu menyilaukan dari mobil mengacaukan segalanya."
Jonathan Gagné, mahasiswa doktoral fisika di Udem, menambahkan, "Selama beberapa tahun terakhir, beberapa objek dari jenis ini telah diidentifikasi, namun keberadaan mereka tidak dapat ditentukan tanpa konfirmasi ilmiah usia mereka. Para astronom tidak yakin apakah akan mengkategorikan mereka sebagai planet kerdil atau sebagai brown." Brown dwarf adalah bintang gagal, karena mereka tidak pernah berhasil memulai reaksi nuklir di pusat-pusat mereka.
Dengan penemuan ini planet berbatu yang jauh tak lagi bisa diasumsikan memiliki unsur kimia, interior, atmosfer, serta biologi yang mirip dengan Bumi, menurut peneliti utama Nikku Madhusudhan, peneliti pasca-doktoral bidang fisika dan astronomi di Yale.
Planet berlian ini pertama diobservasi tahun lalu -- namun para peneliti pertama mengasumsikan bahwa unsur kimia planet ini mirip dengan Bumi.
Baru setelah analisis mendetail dari tim peneliti gabungan Amerika dan Prancis, mereka mendapati bahwa planet 55 Cancri e sangat berbeda dari Bumi.
Rupanya planet ini sebagian besar terdiri dari gabungan karbon (seperti grafit dan berlian), besi, karbid silikon, dan mungkin silikat. Begitu ditulis para peneliti dalam laporan yang dimuat di jurnal AS, Astrophysical Journal Letters.
"Permukaan planet ini sepertinya ditutupi oleh grafit dan berlian dan bukan air serta granit," kata Madhusudhan.
Bahkan planet ini sepertinya sama sekali tak punya air. Dan sekitar sepertiga dari massa planet bisa terbuat dari berlian, sejenis karbon yang sangat padat.
Jika dibandingkan, interior Bumi kaya dengan oksigen dan sangat sedikit karbon, menurut salah satu peneliti Kanani Lee dari Yale.Para peneliti memperkirakan radius planet saat berada di depan bintangnya. Informasi ini, digabung dengan perkiraan massanya, digunakan untuk menentukan model komposisi planet. Berdasarkan perhitungan, mereka kemudian menentukan apa saja elemen yang bisa menghasilkan ukuran dan massa yang spesifik seperti planet tersebut.
Planet tersebut mengorbit bintangnya sangat cepat -- satu tahun di Bumi berlalu hanya 18 jam di planet tersebut. Dan karena terletak sangat dekat dengan bintangnya, suhu di permukaan rata-rata 3900 derajat Fahrenheit (2148 derajat Celsius), sangat tidak memungkinkan adanya kehidupan.
Planet yang hanya 40 tahun cahaya dari Bumi dan terletak di konstelasi Cancer ini membuka kemungkinan baru dalam mempelajari proses geokimia dan geofisika pada planet-planet seukuran Bumi lain dalam sistem tata surya kita.
Kadar karbon yang tinggi kemungkinan berdampak pada pembentukan gunung api, gempa bumi, dan pegunungan, serta menambah bukti bahwa planet-planet semakin beragam dan banyak dari yang awalnya diperkirakan.
"Bintang-bintang itu cukup sederhana, dengan melihat massa dan usia bintang, Anda bisa tahu struktur dasar serta sejarahnya," kata David Spergel, seorang astronom dari Princeton University.
3. Pelanet Yang Mengorbit Dua Bintang
Pakar astronomi dari berbagai perkumpulan, universitas, dan lembaga astronomi, mengumumkan penemuan baru berupa sistem transit circumbinary multi-planet pertama. Di mana dua planet mengorbit pada sepasang bintang.
Penemuan ini menunjukkan sistem planet bisa terbentuk dan bertahan meski dalam lingkungan yang paling membingungkan. "Tiap planet transit melewati bintang utamanya, memberi bukti yang jelas jika planet-planet ini adalah nyata," kata Jerome Orosz, Associate Professor of Astronomy dari San Diego State University.
Pengumuman penemuan sistem planet yang disebut "Kepler-47" ini dilakukan saat pertemuan International Astronomical Union di Beijing, China. Berlangsung sejak 20 Agustus lalu dan berakhir hari ini, Jumat (31/8).
Kepler-47 terdiri dari sepasang bintang yang mengelilingi satu sama lain setiap sekitar 7,5 hari. Satu bintang mirip dengan Matahari di tata surya kita. Satu bintang lainnya lebih kecil, hanya sepertiga ukuran bintang pertama, dan 175 kali lebih redup.
Ukuran dua planet anggotanya cukup beragam. Planet bagian dalam hanya tiga kali lebih besar dari diameter Bumi. Dia mengorbit setiap 49 hari. Sedangkan planet bagian luar hanya sedikit lebih besar dari Uranus dan mengorbit tiap 303 hari.
Sayangnya sistem planet ini terletak cukup jauh, sekitar 5.000 tahun cahaya di konstalasi Cygnus. Kedua planet anggotanya terlalu jauh untuk diamati. Karena itu mereka baru bisa terlihat ketika menghasilkan sedikit cahaya saat "mengunjungi" bintang induknya.
Semua penemuan dan perhitungan ini bisa terjadi berkat data photometric dari teleskop luar angkasa NASA, Kepler. "Kepler-47 menunjukkan pada kita arsitektur tipikal dengan anggota beberapa planet bisa terbentuk dengan dua bintang," kata Joshua Carter dari Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics.
Penemuan ini diterbitkan dalam jurnal Science. Di mana Orosz dan Carter turut berperan dalam penulisannya.
4. Pelanet Tanpa Bintang
Ilmuwan menemukan sebuah planet yang tak mengorbit pada bintang. Lonely planet yang disebut CFBDSIR2149 ini ditemukan mengambang di jagat raya, tanpa melakukan evolusi atau kegiatan mengelilingi bintang seperti dilakukan bumi atas matahari.
Ini adalah planet pertama yang terisolasi dari jenisnya yang pernah ditemukan oleh para ilmuwan, setelah lebih dari satu dekade mencari, dalam proses digambarkan sebagai "mencari jarum tunggal dalam ribuan tumpukan jerami." Sampai tujuh kali ukuran Jupiter, planet itu mengambang bebas tanpa ikatan gravitasi dan memenuhi kriteria tertentu massa, temperatur dan usia yang akan ditunjuk sebagai "planet". Usia antara 50 dan 120 juta tahun, memiliki suhu sekitar 400 derajat Celcius dan diyakini menjadi bagian dari sekelompok sekitar 30 bintang yang sangat muda yang dikenal sebagai Kelompok Doradus AB Pindah.
Planet itu sendiri ditemukan oleh para peneliti di University of Montreal, yang berkonsultasi dengan rekan-rekan Prancis dan data dari Kanada-France-Hawaii Telescope dan Teleskop Observatorium Selatan Eropa Sangat Besar. Meskipun para ilmuwan telah mengetahui jenis planet "tunawisma" ada, mereka belum mampu mengamatinya sampai sekarang. Hal ini diyakini planet terpencil bisa saja terpental dari badan-badan lain selama pembentukannya.
Penemuan ini diharapkan membuat para astronom mendapat pemahaman yang lebih besar. Keberadaannya sangat mendukung teori bahwa jenis objek "tunawisma" lebih umum dalam ruang daripada saat berpikir. "Meskipun teori telah membentuk keberadaan jenis planet yang sangat dingin dan muda, namun belum pernah diamati sampai saat ini," kata Étienne Artigau, astrofisikawan.
"Objek ini ditemukan selama scanning yang setara dengan 1.000 kali permukaan bulan purnama. Kami mengamati ratusan juta bintang dan planet-planet, tetapi kami hanya menemukan satu planet tunawisma di lingkungan kami. Sekarang kami akan mencari mereka di sumber astronomi yang lebih jauh. Ini seperti mencari satu jarum dalam ribuan tumpukan jerami."
Tim astronom akhirnya mampu mempelajarinya karena kedekatannya komparatif, dan tidak adanya bintang terang yang sangat dekat dengan itu. "Mencari planet di sekitar bintang mereka mirip dengan mempelajari kunang-kunang duduk satu sentimeter dari lampu mobil yang terang," kata Philippe Delorme, penulis utama dari Institut de planetologie et d'Astrophysique de Grenoble, Perancis. "Objek yang mengambang bebas ini menawarkan kesempatan untuk mempelajari secara rinci kunang-kunang tanpa lampu menyilaukan dari mobil mengacaukan segalanya."
Jonathan Gagné, mahasiswa doktoral fisika di Udem, menambahkan, "Selama beberapa tahun terakhir, beberapa objek dari jenis ini telah diidentifikasi, namun keberadaan mereka tidak dapat ditentukan tanpa konfirmasi ilmiah usia mereka. Para astronom tidak yakin apakah akan mengkategorikan mereka sebagai planet kerdil atau sebagai brown." Brown dwarf adalah bintang gagal, karena mereka tidak pernah berhasil memulai reaksi nuklir di pusat-pusat mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar